Pembebasan Irian Barat



Pembebasan Irian Barat

Satu kampanye militer yang mengisap budget negara terbesar dalam peristiwa angkatan perang Indonesia. Menang saat sebelum beraksi.


Bukan sekedar sekali, Sukarno dalam beberapa peluang selalu menjelaskan ajakan supaya panji dwiwarna Merah Putih berkibar di Irian Barat saat sebelum tahun 1962 selesai. Berpaut di tanggung jawab itu, Sukarno sedia melaksanakan apa. Berapa saja costnya dilunasi untuk Irian Barat masuk di dekapan bumi pertiwi.

Dalam operasional kampanye militer pembebasan Irian Barat, dibentuklah team logistik bersama. Kolonel Donald Isac Pandjaitan dan Brigjen Soeprapto dari Angkatan Darat. Brigjen Ali Sadikin dari Angkatan Laut. Kolonel Boediardjo dari Angkatan Udara. Kombes Mohamad Hasan dan Kombes Suparno dari Kepolisian.

Boediardjo mengenang kembali AURI mesti memuat beberapa ratus tenaga operator Uni Soviet. Di ketika itu, cuma Uni Soviet yang mau menyuplai senjata berat termutakhir untuk Indonesia. Dari Uni Soviet, angkatan perang Indonesia mendapatkan kapal pencari raksasa kelas Sverdlov yang dinamakan "KRI Irian" dan pesawat bomber jarak jauh Tupolev-16. Senjata ini yang dapat dihandalkan buat menandingi juga mendobrak Belanda di Irian Barat.

Menjadi deputi Panglima AURI sisi logistik, Boediardjo bekerja mempersiapkan keperluan operasional Angkatan Udara. Dimulai dari beli persenjataan, pesawat tempur, peluru sampai bikin lapangan-lapangan udara genting dan mempersiapkan bahan bakar buat pesawat tempur. Tidak cuman soal tempur, logistik AURI pun mempersiapkan makanan untuk beberapa ratus pelatih asing. Karena itu, sisi logistik AURI membangun pabrik roti Rusia sebagai konsumsi tiap hari beberapa operator Uni Soviet.

Persiapan logistik buat pembebasan Irian Barat cukup fantastis. Dalam kurun waktu 24 jam, team logistik mesti bisa mempersiapkan gudang perlengkapan perang di pelojok rimba manapun. Karena itu disiapkan tekonologi Arcon dari Inggris dengan harga US$ lima juta dalam pengadaan alat serta mesin konstruksi. Pendaratan pesawat jet tempur MIG-17, memanfaatkan skema steel matting. Saat itu dalam pengadaan bahan bakar, disediakan tangki-tangki terapung skema floating camels dari Jerman.

Aristides Katoppo, peliput Cahaya Asa yang kontribusi New York Times mendapatkan data besaran kontribusi Uni Soviet buat angkapan perang Indonesia. Jika ditotal, nilanya senilai US$ 2 milyar, budget yang besar sekali pada waktu itu. Akan tetapi menurut Boediardjo angka itu barangkali tidak terlalu besar buat satu project test kekuatan pesawat dan persenjataan Uni Soviet. Ditambah lagi dijalankan di tempat tropis buat hadapi kemampuan Barat.

Operasi Trikora 

Ambil lebih jauh ke belakang, usaha Indonesia dalam melepaskan Irian Barat dari Belanda itu diberi nama Operasi Trikora (Tri Aba-aba Rakyat). Waktu itu, dalam suatu pidato di tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno memberitahukan Operasi Trikora. Perihal itu berasal dari Kongres Meja Bulat (KMB) di Den Haag, Belanda, di 2 November 1949 berkaitan gagasan pernyataan kedaulatan pada Indonesia oleh Kerajaan Belanda. Di lain bagian, ada satu kesulitan kembali yang masih belum disetujui, yaitu berkaitan posisi Papua Barat. Dikarenakan, baik Indonesia ataupun Belanda terasa punyai hak lebih atas tempat Papua sisi barat. Amarulla Octavian dalam Militer dan Globalisasi (2012), menuliskannya, lantaran tidak diketemukannya kesepahaman, KMB memutus persoalan Papua Barat dapat dituntaskan dalam kurun waktu 1 tahun di depan. Akan tetapi, sampai 12 tahun berlalu, kesulitan itu belum dikupas kembali.

Latar Belakang Operasi

Trikora Petrik Matanasi dalam "Peristiwa Pidato Trikora dan Tekad Sukarno Kuasai Papua" menjelaskan, Belanda ingin membuat Papua Barat menjadi negara boneka. Dikarenakan, Belanda mulai membuat parlemen di Februari 1961. Setelah itu, Komite Nasional Papua dibuat di 19 Oktober 1961. Disamping itu, pun membuat kemampuan militer Papua. Dalam buku Irian Barat Wilayah Kita (1962) yang diluncurkan Departemen Pencahayaan RI, ada bukti kalaupun Belanda pernah melaksanakan "Pameran Bendera" (Vlagertoon) yang nyatanya dibarengi beberapa kapal perang di 4 April 1960. Atas gerakan yang dijalankan faksi Belanda itu, Sukarno dan beberapa petinggi tinggi Indonesia mulai membuat kiat. Benar di 6 Maret 1961, Korps Tentara Kora-1 juga dibuat dan sebagai panglima instruksinya ialah Mayor Jenderal Soeharto. Korps Tentara Kora-1 juga berganti-ganti nama seiring waktu berjalan, dimulai dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (Tjaduad) sampai Aba-aba Tjadangan Vital Angkatan Darat (Kostrad). Disamping itu, pemerintahan Indonesia pun membuat Dewan Pertahanan Nasional (Depertan) di 11 Desember 1961 Buku Peristiwa TNI-AD, 1945-1973: Kegunaan TNI-AD dalam Menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (1979), mendata, 3 hari selanjutnya, Presiden Sukarno pimpin sidang yang melahirkan Aba-aba Operasi Paling tinggi (KOTI). Anyar di tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno menjelaskan tujuan Trikora melalui pidatonya di Yogyakarta. Salah satunya tindakan Trikora yang sangat dikenali ialah pemakaian kapal pencari KRI Irian 201 yang diperoleh Indonesia dari Rusia. Kapal KRI Irian 201, menurut Achmad Taufiqoerahman dalam Kepimpinan Maritim (2019:258), ditambahkan sarana tempur, seperti rudal, torpedo, sampai bom jarak jauh. Akan tetapi, Amerika Serikat memberinya petunjuk ke Indonesia supaya mendahulukan jalan diplomasi manfaat ambil-alih Papua Barat dari Belanda. Amerika Serikat mau jadi "penengah" dan sediakan tempat "netral" buat membahas persoalan itu. Atas himpitan AS, Indonesia dan Belanda berjumpa kembali di satu meja di 15 Agustus 1962. Sebagai delegasi Indonesia ialah Adam Malik, dan Belanda mengutus Dr. Jan Herman van Roijen. Diplomat AS, Ellsworth Bunke, bertindak selaku penengah. Kesepakatan New York Pokok pembicaraan Kesepakatan New York ini, menurut Constructing Papuan Nationalism (2005:30) kreasi Richard Chauvel, ialah kalau Belanda mesti serahkan Papua Barat ke Indonesia paling lambat tanggal 1 Mei 1963. Waktu proses pemindahan, tempat Papua Barat dapat digenggam sementara oleh United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) yang dibuat Perikatan Bangsa Bangsa (PBB). Disamping itu, Belanda harus menarik pasukannya dari Irian Barat. Sementara pasukan Indonesia diperkenankan bertahan akan tetapi di bawah koordinir UNTEA. Sampai selanjutnya, tanggal 1 Oktober 1962, Belanda serahkan kewenangan administrasi Papua ke UNTEA. Seterusnya, tanggal 31 Desember 1962, bendera Belanda sah di turunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih menjadi tanda diawalinya kekuasaan de jure Indonesia atas tanah Papua di bawah pemantauan PBB

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Blog,Info