Mengenal halusinasi pengertian halusinasi, dan jenis - jenisnya serta cara menghilangkan halusinasi

Kesehatan ialah satu keadaan yang tidak cuma bebas dari penyakit. Cacat dan kekurangan namun kondisi yang betul-betul bebas dari penyakit, cacat dan kekurangan namun kondisi yang betul-betul pada keadaan sejahtera baik secara fisik, psikis dan sosial. Hingga memungkinkannya seorang agar semakin produktif.

Dalam perubahan ilmu dan pengetahuan dan teknologi yang makin cepat. Ini ditunjukkan dengan adanya banyak peralihan-perubahan yang terjadi di tiap sektor kehidupan manusia secara fisik, psikis, sosial dan religius. Peralihan itu bisa menyebabkan hal yang positif dan negatif, tanpa penyiapan psikis dan koping yang bagus peralihan yang negatif ini akan mengakibatkan berlangsungnya kekhawatiran, jika hal itu tidak diatasi dengan selekasnya bisa bersambung jadi masalah mental.

halusinasi artinya halusinasi, halusinasi pendengaran bagaimana cara menghilangkan halusinasi dalam pikiran mencari tahu penyebab halusinasi, persepsi sensori, penyakit halusinasi, halusinasi penglihatan, akibat halusinasi, cara mengatasi halusinasi, gangguan persepsi sensori jenis halusinasi, cara menghilangkan halusinasi, penyakit halusinasi skizofrenia asuhan keperawatan jiwa halusinasi, pertanyaan tentang halusinasi, halusinasi auditorik

halusinasi artinya halusinasi, halusinasi pendengaran bagaimana cara menghilangkan halusinasi dalam pikiran mencari tahu penyebab halusinasi, persepsi sensori, penyakit halusinasi, halusinasi penglihatan, akibat halusinasi, cara mengatasi halusinasi, gangguan persepsi sensori jenis halusinasi, cara menghilangkan halusinasi, penyakit halusinasi skizofrenia asuhan keperawatan jiwa halusinasi, pertanyaan tentang halusinasi, halusinasi auditorik

Keperawatan jiwa sebagai satu sektor spesialis praktik keperawatan yang mengaplikasikan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pemakaian diri secara teraupetik sebagai kiatnya, satu dari masalah yang terjadi pada masalah jiwa tujuan realitas yakni ketakmampuan client kelarpon pada realita, client tidak bisa membandingkan lamunan dan realita yang terhitung masalah tujuan realitas yakni : waham, fantasi dan halusinasi.

Halusinasi ialah peralihan sensori pemahaman pribadi dalam menginterpretasikan suatu hal yang riil tanpa rangsangan atau stimulan di luar atau external yang dirasakan oleh ke-5 panca indra.

Halusinasi pendengaran, adapun diagnosis lainnya berdasar beberapa data yang didapatkan yakni, Isolasi sosial. Pada Implikasi keperawatan, penulis telah lakukan sesuai gagasan yang sudah dibikin, dan telah lakukan implikasi untuk diagnosis khusus yakni Masalah Sensori Pemahaman : Halusinasi pendengaran.

Penilaian kesuksesan perlakuan pada diagnosis khusus sesuai taktik penerapan telah terwujud di mana client telah merajut jalinan sama-sama yakin dengan perawat, client sanggup mengenali fantasinya, client sanggup membentak halusinasi, client sanggup lakukan langkah baru mengontrol halusinasi dengan terlibat percakapan sama orang lain, client sanggup lakukan langkah mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas.

Adapun Pembahasan halusinasi adalah:

Pada teori yang memicu faktor predisposisi ada tiga faktor, yakni : faktor biologis, faktor psikis dan faktor sosial budaya. Pada kasus factor predisposisi yang diketemukan ialah faktor psikis client berasa kurang diperhatikan dalam keluarganya dan faktor sosial budaya yakni client cuman lulus SMP. Berdasar beberapa data hasil pembahasan, berlangsungnya halusinasi pada Tn.S disebabkan karena factor sosial budaya di mana client tidak dapat bekerja dan menolong ibunya cari uang, presipitasi factor psikis yakni client berasa malu dengan saudara-saudaranya karena tidak bekerja, pada factor biokimia client jarang-jarang kontrol dan minum obat tidak dengan teratur.

Factor simpatisan, pada pembahasan ada pola pembahasan dan kerja sama yang bagus di antara client dan penulis. Factor penghalang yakni keluarga yang jarang-jarang bertandang sepanjang penulis berdinas hingga penulis alami kesusahan dalam memverifikasi data saat lakukan pembahasan, penulis memakai teknik focusing dan perulangan, bila perbincangan client di ulang-ulang dan inkoheren. Disamping itu penulis memverifikasi kembali beberapa data yang didapat dengan status client yang ada di ruang.

Diagosa Keperawatan

Pada teori diagnosis keperawatan yang ada ada 3 yakni gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran, isolasi sosial, risiko perilaku kekerasan. Pada kasus diagnosis keperawatan yang penulis dapatkan ada 7 diagnosis. 3 diagnosis sama dengan teori, tapi penulis mendapati 4 diagnosis keperawatan kembali yakni : harga diri rendah yang disokong dengan data client menjelaskan malu dengan saudara-saudaranya karena tidak bekerja dank lien menjelaskan malu dengan keadaannya sekarang ini, minus perawatan diri yang disokong dengan data client menjelaskan mandi cuman satu kali dalam satu hari dan performa client terlihat berantakan, koping keluarga in efisien yang disokong dengan data client menjelaskan kalu di rumah client hannya dekat sama ibunya saja dan sepanjang perawat bekerja tak pernah kelihatan ibu ata keluarga lainnya tiba menengok client, regimen teraupetik in efisien yang disokong dengan data client menjelaskan telah 3x masuk rumah sakit jiwa dan fokus diagnosis keperawatan ialah gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang didukung dengan data, client dengar beberapa suara seperti suara wanita yang panggil-manggilnya hingga client berasa kecewa.

Client menjelaskan suara itu ada di saat klienmenyendiri dan di saat akan tidur malam. Client menjelaskan suara itu ada di siang dan malam hari, client menjelaskan suara itu ada lebih kurang 10 menit. Client menjelaskan kecewa dan ingin geram jika dengar suara itu dan client terlihat berbicara sendiri, ketawa sendiri, client terlihat mondar-mandir, client terlihat menyendiri.

Dalam membuat diagnosis keperawatan perawat tidak mendapati permasalahan atau kendala yang memiliki arti ini karena ada factor simpatisan diantaranya, yakni ada beberapa data yang cukup terang baik subyektif dan obyektif yang perkuat mendukungnya di tegakkan diagnosis keperawatan dan ada tuntunan dari pembina tempat dan pembina lembaga.

Perencaan

Diagnosis keperawatan yang khusus ialah gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran, hingga diagnosis itu yang perlu di interferensi, adapun gagasan yang dilakukan ialah 

  • SP I yakni membangun jalinan sama-sama yakin, analisis isi, waktu, frekwensi, keadaan yang memunculkan tanggapan halusinasi, mengajari client membentak halusinasi dan masukkan langkah mengatur halusinasi ke agenda aktivitas harian client.
  • SP II yakni menilai agenda aktivitas harian client dan mengajari client mengatur fantasinya dengan lainnya yakni dengan bercakap-cakap sama orang lain, 
  • SP III yakni menilai agenda aktivitas harian client dan mengajari client langkah mengatur fantasinya secara ke-3 yakni dengan lakukan aktivitas, 
  • SP IV yakni menilai kembali agenda aktivitas harian client dan memberinya pengajaran kesehatan ke client dan keluarga client mengenai pemakaian obat dengan teratur, pertanda dan tanda-tanda dari halusinasi, langkah yang bisa dilaksanakan client dan keluarga bila terjadi halusinasi dan langkah menjaga client yang halusinasi di rumah.

Pelaksaan

Saat lakukan perlakuan keperawatan, penulis merujuk pada interferensi keperawatan yang sudah dibuat awalnya dan penulis cuman bertindak keperawatan sepanjang tiga hari dari tanggal 21-23 Juli 2010. Penulis menerapkan 1 diagnosis saja yakni : diagnosis pertama gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran yakni : SP I membangun jalinan sama-sama yakin, mengenali tipe, waktu, isi, frekwensi, tanggapan keadaan yang memunculkan halusinasi, mengajari client membentak halusinasi. SP II mengajari client mengatur halusinasi dengan bercakap-cakap, SP III mengajari client mengatur halusinasi dengan lakukan aktivitas yang umum client kerjakan untuk SP IV tidak bisa dilakukan karena penulis lakukan bimbingan keperawatan sepanjang tiga hari.

Factor simpatisan saat lakukan Implikasi ialah jalinan sama-sama yakin di antara client dengan perawat, pembikinan SP (taktik eksekutoran), yang mempermudah penulis lakukan implikasi dan ada kerja sama dengan perawat ruang, sedang factor penghalang ialah penulis cuman lakukan bimbingan keperawatan sepanjang tiga hari, penulis tidak berjumpa dengan keluarga client sehinggan SP IV atau SP keluarga tidak bisa dilaksanakan. Adapun jalan keluarnya penulis mewakilkan ke perawat ruang agar bisa meneruskan interferensi yang telah di targetkan.

Penilaian

Pada diagnosis khusus gangguan sensori persepsi:halusinasi pendengaran dapat dilaksanakan oleh client yakni : client ingin membangun jalinan sama-sama pecaya dengan perawat, client bisa mengatakan waktu, isi, frekwensi munculnya halusinasi dan mengutarakan rasa pada fantasinya, client bisa mengatakan perlakuan yang umumnya dilakukan untuk mengontrol fantasinya, client bisa mengatakan langkah baru, client bisa pilih langkah menangani halusinasi. Client bisa melakukan langkah yang di tentukan untuk mengontrol fantasinya. Sedang untuk diagnosis keperawatan yang belum terselesaikan penulis bekerja bersama dengan perawat ruang untuk menilai aktivitas yang telah di sampaikan, di teruskan interferensi pada diagnosis keperawatan seterusnya.

Saat lakukan penilaian, factor simpatisan yang penulis dapatkan ialah ada kerja sama client karena client kooperatif dengan perawat, tuntunan dari lembaga dan pembina tempat, sedang factor penghalang yang penulis dapatkan ialah penulis cuman lakukan bimbingan keperawatan sepanjang tiga hari hingga jalan keluarnya kerjasama dengan perawat ruang untuk menangani lanjuti gagasan keperawatan yang sudah dibikin, dan follow-up penilaian dengan perawat ruang.

Pada Implikasi keperawatan, penulis telah lakukan sesuai gagasan yang sudah dibikin, dan telah lakukan implikasi untuk diagnosis khusus yakni Masalah Sensori Pemahaman : Halusinasi pendengaran. Pada diagnosis Masalah Sensori Pemahaman : Halusinasi pendengaran sudah dikerjakan implikasi yakni :

  • SP I membangun jalinan sama-sama yakin di antara perawat dan client, mengenali tipe, isi, waktu dan frekwensi halusinasi client, mengenali keadaan yang memunculkan halusinasi, mengenali tanggapan client pada halusinasi, mengajari client membentak halusinasi, menyarankan pasien masukkan langkah membentak halusinasi dalam agenda aktivitas harian.
  • SP II : menilai agenda aktivitas harian client, latih client mengontrol halusinasi dengan bercakap - mahir sama orang lain, menyarankan client masukkan dalam agenda aktivitas harian.
  • SP III : menilai agenda aktivitas harian client, latih client mengontrol halusinasi dengan lakukan aktivitas (aktivitas yang umum dilaksanakan), menyarankan client masukkan dalam agenda aktivitas harian, untuk diagnosis yang lain tidak bisa dilaksanakan implikasinya karena penulis cuman lakukan bimbingan keperawatan sepanjang tiga hari hingga penulis mewakilkan ke perawat ruang.

Penilaian kesuksesan perlakuan pada diagnosis khusus sesuai taktik penerapan telah terwujud di mana client telah merajut jalinan sama-sama yakin dengan perawat, client sanggup mengenali fantasinya, client sanggup membentak halusinasi, client sanggup lakukan langkah baru mengontrol halusinasi dengan bercakap - mahir sama orang lain, client sanggup lakukan langkah mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Info